Sleman (MTsN 3 Sleman) -- Minggu (5/10) pagi, ruang kelas IX B MTsN 3 Sleman tampak berbeda. Kursi-kursi yang biasanya dipenuhi siswa, kali ini beralih fungsi menjadi tempat ujian mental bagi para calon pengurus Palang Merah Remaja (PMR) periode 2025/2026. Dari pukul 08.00 hingga 10.30, satu per satu peserta memasuki ruangan untuk mengikuti seleksi wawancara tahap akhir.

Wawancara ini bukan sekadar formalitas. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara menyinggung motivasi, kepedulian sosial, hingga komitmen dalam berorganisasi. Dengan begitu, para calon tidak hanya diuji keberanian berbicara, tetapi juga ketulusan hati untuk melayani sesama.

Pembina PMR, Tutik Dwiyati, S.Pd menekankan bahwa tahap akhir ini merupakan momen paling menentukan. "Kami ingin memastikan bahwa pengurus PMR benar-benar memiliki karakter relawan. Tidak cukup hanya aktif, tapi juga harus peduli dan siap bekerja tanpa pamrih,” jelasnya.

Suasana semakin hidup ketika Ketua PMR periode berjalan, Rifqi Ahmad Julianto (siswa kelas IX A) turut memberi motivasi. "PMR itu berbeda dengan organisasi lain. Ada nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi. Semoga pengurus baru nanti bisa menjaga semangat pengabdian dengan penuh tanggung jawab,” ucapnya dengan penuh harap.

Bagi para peserta, pengalaman ini menjadi cerita berharga. Salah satunya diungkapkan oleh Faradilla Ainur Rahma Diniyah (siswi kelas VIII B). "Saya sempat grogi, tapi akhirnya merasa lega karena bisa menyampaikan alasan kenapa ingin bergabung di PMR. Saya ingin belajar lebih peduli pada orang lain,” tuturnya.

Seleksi wawancara ini menutup seluruh rangkaian penjaringan calon pengurus PMR. Hasilnya akan segera diumumkan, sekaligus melahirkan generasi baru relawan muda MTsN 3 Sleman yang siap melanjutkan misi kemanusiaan dengan semangat baru. (hil)